Tak dapat dipungkiri lagi, baik di jalan raya, di angkot, atau di tempat- tempat lainnya, rasa aman dalam bepergian kadang kala sedikit terganggu. Hal ini timbul karena ada rasa cemas akan hadirnya para pencopet yang berkeliaran di mana- mana. Apalagi sekarang mereka sudah jarang atau bahkan kita tak bisa lagi mengenali, mana yang penumpang merangkap sebagai pencopet atau hanya sekedar penumpang saja.Ternyata tak pandang bulu dan tak pandang jenis kelamin. Kecopetan ini pasti bisa terjadi dan menimpa siapa saja. Anehnya, kita yang sering waspada atau yang telah berjaga- jaga agar terdindar dari kecopetan, malah tak jarang menjadi korban kecopetan.
Motif para pencopet ini pun sangat beragam bentuknya. Bahkan yang lebih hebatnya lagi gerak- gerik dan tindak tanduk mereka yang kita anggap biasa- biasa saja atau lumrah dikerjakan oleh orang lain pada umumnya, ternyata itu salah satu motif yang di jadikan oleh para pencopet dalam melancarkan aksinya. Dari telepon seluler (ponsel), dompet, perhiasan. Inilah barang- barang yang sering menjadi incaran para pencopet yang notabene adalah orang- orang yang tidak punya pekerjaan yang tetap karena merebaknya pengangguran. atau kalau penulis boleh sebut merekalah para “Pencopet Yang Kepepet” hehe..
Dalam menjalankan aksinya ini para pelaku tak jarang mengikut sertakan teman- temannya. Teman- temannya ini pun tak hanya diam tanpa kerja. Mereka juga bertugas menjaga atau mengawasi korban agar orang lain tak mengetahui kalau temannya ini adalah sebenarnya pencopet. Berdasarkan cerita dari salah satu teman penulis yang sempat menjadi korban para pencopet kepepet ini, motif “berjama’ah” ini sering mereka pakai kalau mereka menjalankan aksinya di dalam angkot. Salah satu motifnya yaitu pelaku bepura- pura mabuk atau muntah. Ilustrasinya, ketika pelaku menjalankan aksinya, pelaku meminta calon korbannya untuk minggir sedikit karena ia akan muntah keluar jendela. Setelah ia muntah ia lalu berpura- pura bilang kepada calon korbannya bahwa baju belakangnya terkena bercak muntahannya tadi. Si pelaku lalu pura- pura membantu membersihkan sambil menepuk- nepuk bahu calon korban. Dan teman si pelaku lainnya berusaha meyakinkan bahwa baju belakang korban benar terkena bercak muntah. Ketika calon korban menengok ke belakang, di sinilah si pelaku yang tadi berpura- pura muntah menjalankan aksinya mengambil barang si calon korban lalu turun meninggalkan teman- temannya dan tentu si korban.
Motif lain yang dijadikan para pencopet adalah dengan cara bertanya hal- hal yang tidak lumrah kepada si calon korban. Motif seperti ini juga sering mereka gunakan di dalam bus. Karena mungkin agak lama waktunya dan lebih leluasa mereka dalam mengajak mengobrol si calon korban. Biasanya motif seperti ini hanya satu orang saja yang beraksi. Dan kadang kita tak bisa mengenali bahwa ia orang yang mengajak kita mengobrol sebenarnya adalah pencopet yang telah mengincar barang kita. Karena penampilan mereka begitu menarik. Dan tentu kita tidak akan menaruh rasa curiga barang sedikit pun. Tak jarang pula jam tangan atau aksesoris lainnya juga ikut bertengger di tangan mereka.
Motif dengan cara mengajak mengobrol calon korbannya ini para pencopet lebih memilih beraksi sendirian ketimbang “berjama’ah”. Hal ini mungkin agar calon korbannya tidak menaruh rasa curiga kepadanya. Motif ini terkadang atau bahkan pasti di sertai dengan pelaku menepuk bagian tubuh calon korbannya sambil terus mengajak mengobrol calon korbannya. Setelah calon korban terlena dan terbawa arus pertanyaan- pertanyaan yang ia pelaku lontarkan sampai calon korbannya perhatiaanya berhasil ia alihkan, di situlah kesempatan emas para pencopet beraksi menggasak barang- barang korban. Motif inilah yang sering di sebut dengan “Hipnotis” atau “Gendam”.
Ternyata masih banyak motif- motif para pencopet yang kita tidak mengetahuinya. Salah satu teman penulis pernah mempunyai kenalan salah satu pencopet. Ketika teman penulis bertemu dengan pemcopet itu, teman penulis sempat bertanya mengapa sampai mau menjadi seorang pencopet. Jawaban pencopet ternyata “Saya hanya kepepet dan ingin makan saja sebenarnya, tapi sudah lama saya menganggur tidak mendapatkan pekerjaan”. Ternyata miris juga jawaban yang ia berikan. Tapi sayang pekerjaan merekalah yang sering membuat kita jengkel atau bahkan marah. Tapi terkadang penulis juga mengacungi jempol atas keberanian mereka walau sebenarnya apa yang telah ia lakukan. Kita saja yang masih di beri pekerjaan yang halal terkadang masih malas- malasan. Apalagi kalau kita melakukan kebaikan terkadang kita malu. Padahal kita tahu bahwa sebenarnya apa yang akan kita lakukan sebenarnya benar.
Jalan raya memang sering menjadi momok para pengguna jalan. Karena seringnya masalah- masalah yang harus mereka hadapi. Apalagi banyaknya kasus- kasus kejahatan yang sering terjadi di jalanan. Seperti perampokan, pembunuhan, penculikan, atau pencopetan. Hal inilah yang sering menjadi momok para pengguna jalan dan sulit untuk di tanggulangi. Apalagi di kota- kota besar seperti Jakarta ini kasus seperti ini paling sering terjadi. Kita lihat saja berita- berita di surat- surat kabar paling sering memuat kasus- kasus kejahatan seperti yang telah penulis sebutkan di atas.
Sebelum penulis mengakhiri tulisan ini, penulis ingin sekedar berbagi tips- tips kepada para pembaca agar kita dapat terhindar dari para “Pencopet Kepepet”, Yaitu:
ü Jangan memakai aksesoris atau perhiasan yang mewah. Sudah jelas aksesoris yang kita pakai tentu yang akan menjadi sasaran empuk para pencopet. Apalagi aksesoris yang kita pakai tergolong mewah dan mencolok. Yang seperti inilah yang sering mengundang pencopet dan yang paling sering terjadi kepada para korban yang sering memakai aksesoris atau perhiasan yang mewah dan nencolok.
ü Jangan mengaktifkan ponsel, iPod atau yang sejenis di dalam angkot. Ketika si korban mendengarkan alunan musik lewat iPod atau ponsel, di sinilah para pencopet jadi berleluasa dalam menjalankan aksinya. Kerena mereka lebih mengetahui dimana sumber yang si calon korban dengarkan. Apalagi kalau kita mendengarkan lewat earphone atau headset.
ü Waspada dan selalu curiga ketika ada orang yang tidak kita kenal mengajak mengobrol. Kita jangan sampai terlena apalagi terbawa arus pertanyaan- pertanyaan yang pelaku lontarkan kepada kita. Karena tanpa disadari oleh kita disinilah para pencopet beraksi. Dalam hal ini pencopet sering memekai trik “Hipnotis” yang tentu sangat sulit kita kenali.
ü Jangan tertipu dengan penampilan orang. Pencopet sekarang paling sulit kita kenali. Apalagi penampilannya yang menarik semakin sulit lagi kita mengenalinya. Kadang juga tak jarang mereka juga memakai aksesoris seperti jam tangan atau gelang. Mungkin inilah trik yang mereka gunakan untuk mengelabuhi calon korban.
ü Berdo’a
Semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat bagi saya pribadi dan para pembaca pada umumnya. Dan tentu bisa sedikit menjadi solusi agar kita semua bisa terhindar dari kecopetan. Aminn..
Kepada para pencopet maaf motif anda saya buka disini. Hehehe..
Kejahatan bukan hanya terjadi karena ada niat pelakunya, tapi juga ada kesempatan !
Waspadalah.....Waspadalah.....!!! ( Bang Napi Mode On).
Jakarta, 05 Mei 2010
* Tulisan ini pernah diikutkan dalam lomba "Curhat Jalan Raya".
0 komentar:
Posting Komentar