Di zaman sekarang ini tak dapat dipungkiri lagi wajah dan tubuh wanita menjadi faktor penentu maju tidaknya masa depan suatu perusahaan-perusahaan. Ia menjadi penentu keberhasilan dan kesuksesan masa depan para pengusaha. Lihat saja misalnya di bank-bank, hotel-hotel, ‘night club’, mall-mall, bahkan warteg pinggir jalan pun tak mau kalah dengan menghadirkan wanita juga.
Lalu timbul pertanyaan besar, untuk apa wanita diciptakan ? sebagai pendamping laki-laki ? atau hanya sebagai ‘obyek’ penyegar suasana belaka ? atau malah hanya sebagai ‘pelunak keputusan’ para Boss ? . Tidakkah semua itu wanita berarti wanita dijual untuk memuaskan para laki-laki.
Akan dipandang sebelah mata rupanya kalau ada badan usaha, swasta ataupun negeri kalau tak menghadir kan ‘penampilan dan senyuman’ wanita. Jika dahulu mungkin para Businesman mempunyai prinsip “Time Is Money” –waktu adala uang-, maka sekarang pun muncul juga semboyan “Smile Is Money”- senyum adalah uang.
Akhirnya para wanita pun terbius hatinya. Mereka mau saja dijadikan sumber tenaga kerja yang murah atau dieksploitasi untuk menjual barang. Tak kalah hebatnya pula ternyata banyak juga wanita yang bangga menjadi wanita karir yang sukses. Karena tuntutan itu para wanita tentu ingin tampil ‘prima ‘ dan ‘mempesona’. Rupanya tak ada cara lain untuk mereka kecuali mereka harus memoles wajah dan tubuh mereka. Oleh karena itu lahirlah “Fitness Centre” dan sanggar senam.
Ketika para wanita Mu’minah mulai berontak terhadap peran dan skenario jahili yang diberikan oleh masyarakat industri, segera mereka dituduh kolot, kampungan, atau apalah yang mereka katakan kepada mereka. Padahal mereka justru ingin memelihara kesucian mereka baik jiwa maupun lahirnya tanpa mengikuti program olah tubuh via “Fitness Centre” ataupun sanggar senam.
Wanita sebenarnya tidak menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga, karir ataupun anak-anaknya. Yang mereka hadapi adalah krisis identitas. Krisis ini timbul dikarenakan wanita banyak menampilkan bentuk tubuh lahir –wajah dan tubuh- daripada batin. Akibatnya muncul lah fitnah pandangan. Para wanita tak lagi punya mata, mereka lantas berani bersolek sedemikian rupa dihadapan laki-laki.
Yang lebih ironis lagi, manusia yang senang menuruti hawa nafsunya, bahkan sampai meng-ilah-kan hawa nafsunya. Memandang baik perilakunya, meskipun bertentangan dengan hokum-ukum Allah SWT. Disinilah diperlukan keistiqomahan dan kestabilan dalam memahami Al Qur’an baik secara tekstual maupun konstektual. Kita semua pasti merindukan lahirnya wanita-wanita muslimah yang membela dan berjuang mempertahankan ‘izzah’ islam dan kaum muslimin di mata dunia. Akankah sanggar senam ataupun fitness centre akan bisa melahirkan wanita-wanita sekaliber Khadijah ataupun Fatimah Az Zahra ???. WALLAHU A’LAM
Lalu timbul pertanyaan besar, untuk apa wanita diciptakan ? sebagai pendamping laki-laki ? atau hanya sebagai ‘obyek’ penyegar suasana belaka ? atau malah hanya sebagai ‘pelunak keputusan’ para Boss ? . Tidakkah semua itu wanita berarti wanita dijual untuk memuaskan para laki-laki.
Akan dipandang sebelah mata rupanya kalau ada badan usaha, swasta ataupun negeri kalau tak menghadir kan ‘penampilan dan senyuman’ wanita. Jika dahulu mungkin para Businesman mempunyai prinsip “Time Is Money” –waktu adala uang-, maka sekarang pun muncul juga semboyan “Smile Is Money”- senyum adalah uang.
Akhirnya para wanita pun terbius hatinya. Mereka mau saja dijadikan sumber tenaga kerja yang murah atau dieksploitasi untuk menjual barang. Tak kalah hebatnya pula ternyata banyak juga wanita yang bangga menjadi wanita karir yang sukses. Karena tuntutan itu para wanita tentu ingin tampil ‘prima ‘ dan ‘mempesona’. Rupanya tak ada cara lain untuk mereka kecuali mereka harus memoles wajah dan tubuh mereka. Oleh karena itu lahirlah “Fitness Centre” dan sanggar senam.
Ketika para wanita Mu’minah mulai berontak terhadap peran dan skenario jahili yang diberikan oleh masyarakat industri, segera mereka dituduh kolot, kampungan, atau apalah yang mereka katakan kepada mereka. Padahal mereka justru ingin memelihara kesucian mereka baik jiwa maupun lahirnya tanpa mengikuti program olah tubuh via “Fitness Centre” ataupun sanggar senam.
Wanita sebenarnya tidak menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga, karir ataupun anak-anaknya. Yang mereka hadapi adalah krisis identitas. Krisis ini timbul dikarenakan wanita banyak menampilkan bentuk tubuh lahir –wajah dan tubuh- daripada batin. Akibatnya muncul lah fitnah pandangan. Para wanita tak lagi punya mata, mereka lantas berani bersolek sedemikian rupa dihadapan laki-laki.
Yang lebih ironis lagi, manusia yang senang menuruti hawa nafsunya, bahkan sampai meng-ilah-kan hawa nafsunya. Memandang baik perilakunya, meskipun bertentangan dengan hokum-ukum Allah SWT. Disinilah diperlukan keistiqomahan dan kestabilan dalam memahami Al Qur’an baik secara tekstual maupun konstektual. Kita semua pasti merindukan lahirnya wanita-wanita muslimah yang membela dan berjuang mempertahankan ‘izzah’ islam dan kaum muslimin di mata dunia. Akankah sanggar senam ataupun fitness centre akan bisa melahirkan wanita-wanita sekaliber Khadijah ataupun Fatimah Az Zahra ???. WALLAHU A’LAM
3 komentar:
sip tingkat kan trus....
bismillah.. Q tak pandai merangkai kata, tapi tetep Q coba
kok sepi reekk my blog ????hehehe
Posting Komentar