RSS

Surat Rindu untuk Ayah

Kepada Ayah pahlawanku

Nun jauh di sana

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Di perantauan ini, tak bosan- bosannya aku menyebut namamu lewat do’aku dalam setiap munajatku. Semoga ayah senantiasa dalam keadaan sehat wal afiyat. Dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin. Sudah cukup lama rasanya aku tak menatap wajah sembabmu. Karena kini kau telah melepaskan aku jauh di perantauan. Aku juga tak pernah lagi mendengar suaramu saat kau memberikan petuah yang begitu menyejukkan hati ini. Tapi apa boleh buat, kini jarak dan waktu telah jauh terbentang luas memisahkan aku dan juga ayah.

Ayah…

Rasanya baru kemarin saja aku telah jauh darimu. Rasa rindu ini begitu mendalam padamu. Begitu berat sekali rasanya hati ini kalau harus jauh darimu. Aku takut kelak tak mampu untuk membalas budimu kepadaku. Karena aku juga takut kalau aku kelak kehilangan kesempatan untuk berbakti kepadamu. Hati ini rasanya ingin selalu berada di dekatmu, menatap wajahmu, mendengar nasehat- nasehatmu, dan berdiskusi denganmu. Aku juga ingin mempersiapkan segalanya untuk menunujukkan baktiku padamu. Aku juga ingin akulah yang menyiapkan segalanya untukkmu. Saat kau bangun tidur, akulah yang seharusnya merapikan tempat tidurmu. Saat kau akan pergi bekerja, akulah yang seharusnya menyiapkan sarapan serta kopi panas kesukaanmu.

Ayah…

Aku merasakan kesedihan yang begitu mendalam kalau aku teringat akan dirimu. Kini kau telah menginjak usia udzur. Wajahmu kini telah berhiaskan garis- garis ketuaan, rambut dan juga janggutmu juga telah mulai memutih, fisikmu juga tak lagi sekuat dulu, penglihatanmu yang dulu begitu terang, kini sudah semakin memudar. Tapi aku patut acungi jempol akan semangatmu dalam bekerja demi keluargamu. Kau tak pernah menghiraukan jalanan terjal penuh bebatuan. Kau begitu yakin akan ada jalan yang terbaik yang akan Allah berikan kepadamu.

Ayah…

Aku juga teringat akan masa- masa kecilku dulu. Kaulah yang begitu semangat mengajariku sholat lima waktu dimasjid, kaulah yang mengajariku membaca Al Qur’an, kaulah yang mengajariku adzan di masjid, dan kaulah yang menginginkan aku untuk bisa masuk pondok pesantren untuk belajar agama. Rasa senang juga ada padaku ketika kau bangun shubuh saat fajar mulai menyingsing. Lalu kau bangunkan aku untuk menunaikan sholat subuh berjamaah di masjid depan rumah. Apalagi kaulah yang mengumandangkan adzan subuh untuk membangunkan para tetangga dari mimpinya semalam. Agar mereka pergi ke masjid untuk bersimpuh dan bersujud menuanaikan sholat subuh berjamaah di masjid bersama- sama. Rasa bahagia bercampur haru juga ada padaku ketika kau bangun tengah malam untuk bermunajat dan menangis di hadapan Allah. Kau tak pernah berhenti mendoakan keluargamu agar tetap berada di jalanNya. Kau juga mendoakan kami anak- anakmu agar kelak mereka mampu menuai kesuksesan. Kau punya harapan kepadaku agar kelak aku bisa menggantikan dirimu ketika kelak kau sudah kembali ke haribaan Allah. Kau juga punya harapan besar agar aku mampu membimbing adik- adikku dengan ilmu yang telah aku miliki.

Ayah…

Aku juga merasakan kebahagiaan ketika kau mengajariku tentang arti perjuangan dalam menunutut ilmu. Kau bilang kalau jalan bagi penuntut ilmu itu bagai jalan berlumpur. Tapi kau juga menyuruhku agar aku tidak putus asa menghadapi masalah seperti itu. Kau juga bilang aku harus bisa melewati semua itu. Kesuksesan tak akan mungkin bisa diraih kalau aku hanya bersantai- santai saja melakukan sesuatu yang tiada guna.

Ayah…

Aku mohon jangan kau redupkan ghirohmu dalam berjuang untu islam. Kaulah yang menjadi panutan bagiku serta keluarga kita. Mari kita bersama meningkatkan taqwa kita kepada Allah. Karena dengan taqwa kita akan bisa melewati ujian- ujianNya yang saat ini semakin bertambah. Maafkan aku ayah bukan bermaksud unutk menasehatimu. Tapi inilah bukti cintaku padamu. Aku tak mau kalau kau berhenti menasehatiku, membimbingku, mengajariku tentang arti perjuangan, dan mendidikku agar aku bisa jadi pengganti dirimu kelak.

Ayah…

Hanya dengan goresan kata inilah aku bisa meluapkan rasa rindu akan dirimu. Hanya lewat kata inilah aku haturkan harapan serta do’a berbalut cinta dan kasih sayang untukmu. Kalau kau masih ingin aku menjadi anak yang kau cita- citakan seperti dalam nasehatmu, bantu aku dengan do’amu. Semoga aku bisa menjadi anak yang sholeh seperti nasehatmu padaku. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Banten, 25 Mei 2011

At. 08.30 WIB

Anakmu

Yusuf Ichsan Ats Tsaqofy

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar