RSS

Ramadhan: Tamu Agung di Perantauan

Kala tirai Ramadhan akan segera membuka tabirnya, semua penduduk bumi ini seolah memujinya. Ramadhan memang bagai Raja yang selalu pandai menguasai jiwa dan hati ini. Ia juga bagai Ibu peri yang selalu mencurahkan kasih sayangnya pada penduduk bumi. Wajar kalau setiap manusia di seantero dunia selalu memujinya, menantikannya, dan menyambutnya dengan penuh ikhlash dan keridhoan yang mendalam. Berbagai cara mereka lakukan untuk menyambut tamu agung terindah yang telah dinanti- nantikan setahun lamanya. Jalinan hangat penuh kasih sayang untuk tamu agung mereka tunjukkan melalu surat, telepon, email bahkan acara- acara khusus untuk menyambut kedatangan tamu agung ini.

Ada sedikit goresan pena yang sempat terukir di kalbu ini. Ada selaksa asa dan cita ketika kini usia sudah beranjak dewasa, ketika diri ini telah jauh dari canda tawa dan kasih sayang keluarga, Ketika beban hidup ini semakin terjal menyatu jadi satu di kalbu. Saat Ramadhan datang tahun lalu, aku hanya bisa menorehkan cintaku padanya tanpa keluarga serta sanak famili. Aku hanya bisa merasakan cinta mereka di saat makan sahur lewat telepon ataupun sekedar berkirim SMS. Tapi Alhamdulillah diriku mampu berlapar- lapar walau tanpa kasih sayang mereka mengiringi ibadahku. Aku mampu menunjukkan wujud cintaku padaNya melalui tamu agungNya Ramadhan penuh cinta.

Ramadhan kurasakan begitu panjang. Kehadirannya selalu diisi dengan ramainya manusia di seantero dunia ini menuju Ridho Ilahi. Semua manusia bisa berlama- lama bersujud kembali setelah menunaikan Sholat Isya’. Mereka senantiasa tak bosan- bosannya mensyukuri dan mentadabburi Ayat- ayatNya, memohon ampun akan segala khilaf dan dosa yang telah lalu. Begitupun aku, walau aku jauh di perantauan, aku masih bisa mensyukuri keagungan Allah yang di tunjukkan lewat tamu agungnya ini. Karena Ramadhan aku bisa menghatamkan Al Qur’an dalam satu bulan. Karena Ramadhan pula, aku bisa berbagi dengan anak- anak yatim piatu dengan berbuka bersama.

Sungguh kebahagiaan yang tiada terkira kurasakan ketika aku bisa menyambut dan mengagungkan tamu Allah ini. Apalagi aku telah menunggunya dalam penantian yang teramat panjang melewati hari- hariku yang hanya berpeluh dosa dan noda tiada guna. Alangkah sejuknya hati dan jiwa ini andai semua bulan adalah Bulan ramadhan. Tapi ketika Ramadhan akan pergi jauh kembali ke hitungan waktu dan masa, aku merasakan kesedihan bercampur haru. Akankah aku masih bisa menyambut dan bertemu tamu agung ini tahun depan? Akankah aku masih bisa berlama- lama bermunajat di keheningan malam? Masihkah aku bisa menghatamkan Al Qur’an dalam satu bulan?. Sepertinya semua pertanyaan itu tak mampu kujawab sendiri melainkan hanyalah secuil harapan agar aku bisa berjumpa dengan tamu agung Allah ini tahun depan. Aku berharap ketika aku masih bisa berjumpa dengan Ramadhan nanti, aku akan mereguk cintanya, akan kubelai hari- harinya dengan penuh cinta. Dan semoga Allah masih mau mendengar do’aku di setiap munajatku, memberikan cucuran kasih sayangNya kepadaku, dan memberi kemenangan di hari yang suci. Aamiin Yaa Robbal ’Aalamiin.

Banten, 24 Mei 2011

At. 12.56 WIB

YUSUF ICHSAN ATS TSAQOFY

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar