RSS

Bunda... Nanar Matamu Adalah Surga

Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Kepada Bunda yang Surga bernaung di kakimu

Di tengah hiruk pikuknya kota ini, ananda kirimkan do'a berbalut cinta kepada bunda. Ananda tak akan pernah putus menyebut nama bunda dalam setiap do'a ananda. Semoga bunda selalu berada dalam lindungan dan kasih sayangNya. Dan semoga bunda senantiasa dikaruniakan oleh Allah kenikmatan dalam menjalankan ibadah serta munajat bunda.

Bunda...

Surat ini datang dari anakmu yang tengah dirundung rasa bersalah kepadamu. Sebenarnya, ananda tak kuasa menuliskan surat ini untuk bunda. Karena ananda baru sadar kalau air mata ananda ikut menyertai setiap goresan kata dalam surat ini. Tapi biarlah ananda ingin meluapkan kata hati ananda di surat ini. Ananda merasakan setiap kali akan menulis untuk bunda, air mata ini seakan menghalangi ananda untuk merangkai kata untuk bunda. Setiap kali air mata itu menetes, setiap kali itu pula ananda merasa sangat bersalah pada bunda.

Bunda...

Entah sudah sudah berapa lama ananda tak lagi berada di samping bunda. Kini ananda tak lagi bisa merasakan pelukan hangat dan nyaman dari bunda. Ananda juga tak lagi bisa merasakan pelukan pipi bunda yang mungkin kini telah penuh dengan guratan-guratan garis ketuaan. Ananda masih ingat terakhir kali ananda mencium tangan bunda yang sudah mulai keriput ketika ananda akan merantau ke ibu kota ini. Waktu itu bunda juga lah yang ikut mengantar ananda ke stasiun untuk melepas kepergiaan ananda. Dan kini ananda dan bunda telah jauh terpisah oleh bentangan jarak dan waktu yang ada.

Bunda...

Ananda salut pada bunda yang memiliki jiwa keikhlasan seluas samudera. Bunda begitu ikhlash melepas kepergian ananda. Bunda begitu rela walau harus terpisah jauh dari anak kandungnya. Aku tahu bunda pasti punya harapan agung pada ananda. Bunda pasti punya harapan agar ananda bisa menjadi orang yang bermanfaat di perantauan. Ananda juga masih ingat bunda pernah bilang kalau ananda harus lebih pintar dari bunda.

Namun... ananda merasakan ibunda manakah yang tak akan merasakan kebahagiaan ketika bisa berkumpul bersama anak tercintanya?. Anada yakin pasti bunda juga merasakan hal yang sama. Apalagi kini usia bunda sudah sedikit demi sedikit mulai udzur. Siapa lagi yang akan bunda andalkan selain ananda. Apalagi ananda adalah anak pertama bunda.

Bunda...

Entah mengapa semakin lama ananda meninggalkan bunda, semakin banyak pula ananda memupuk rasa bersalah pada bunda. Bunda lah yang dulu melepas ananda dengan cucuran air mata ketika ananda mencium tangan bunda. Dan bunda juga lah yang ananda harapkan masih ada nanar surga terpancar jelas di kelopak mata bunda. Ketika usia bunda kini sudah mulai beranjak udzur, seketika itu pula pertanyaan yang sama selalu membayang- bayangi ananda setiap saat. "Ketika ananda pulang nanti, masihkah bunda yang menyambut ananda dengan penuh cinta di pintu rumah?".

Bunda...

Saat ananda pulang nanti, ananda ingin bunda lah yang pertama kali merengkuh tubuh ananda. Ananda sadar kalau ananda terlalu sibuk sampai kadang ananda melupakan bunda. Dan melalaikan do'a terhatur untuk bunda. Percayalah... ananda pasti akan pulang. Walau gelar, harta dan jabatan tak mampu ananda persembahkan untuk bunda. Biarlah di sisa usiamu kini ananda bisa membahagiakan bundan dan mencurahkan kasih sayang ananda kepada bunda.

Bunda...

Mungkin hanya ini yang bisa ananda persembahkan untuk bunda. Ananda mohon maaf kalau selama ini ananda selalu menyakiti hati dan perasaan bunda. Terimalah salam rindu ananda yang tiada tara. Do'akan ananda agar ananda senantiasa mampu menghadapi kerasnya hidup ini. Jaga diri baik- baik ya bunda. I LOVE YOU BUNDA.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Wednesday, May 18, 2011

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar