RSS

Jangan Cabut Nyawa Ibuku

Oleh Fiyan Arjun

Empat hari sudah Nyak—biasa kupanggil dirinya terbaring di atas pembaringan. Tak berdaya. Kesakitan. Menahan sakitnya yang makin ia rasakan. Hingga membuat ia tak kuasa untuk menahan sakit yang ia derita. “Aduh…aduh…,” begitu ia menceracau menahan sakitnya.

Empat hari sudah ia begitu. Tak berdaya. Kesakitan. Dan tak jarang makan pun tak mau. Lama makin lama pun tubuhnya ikut menyusut—dengan ditambah tubuhnya yang kecil. Seakan penyakit yang diderita menggeroti dirinya. Dan begitu ia rasakan! Lalu aku bisa apa?

Ya, aku bisa apa? Itulah jawaban dalam diriku!

Seperti tulisan yang aku tulis saat ini ibuku masih dalam pembaringan. Masih menahan sakitnya. Aku sebagai anak lelakinya melihat keadaan seperti itu sungguh aku tak kuasa. Terlebih ketika ia seringkali bergumam,” adu..aduh…!” Sungguh aku tak berdaya. Tak kuasa untuk melihatnya lebih lanjut. Benar-benar memilukan adegan yang kutangkap di mata minusku ini. Ibu satu-satunya. Orang yang aku kasihi sekaligus tempat berbagai gundah kini tak berdaya. Melihatku pun ia semakin kabur. Yang ada hanya sebuah rasa sakit yang terbias di kelopak mata tuanya….Tuhan jangan cabut nyawa ibuku!

“Kalau Nyak nggak ada jaga diri lu ya baik-baik. Nyari kerja yang benar. Soal kuliah biarlah, kalau bisa lu lanjutin kalau tidak bisa ya lu nyari kerja aja yang benar. Jangan ribut melulu sama adik lu.” Ucap saat aku ada dihadapannya. Ia memberikan sesuatu untukku. Entah itu wasiat atau nasehat lagi-lagi aku tak bisa menalarnya. Antara kesedihan dan rasa takut ditinggalnya telah menyatu dalam diriku. Dan aku tak bisa berbuat apa-apa.

Aku dengar baik-baik perkataannya walau rasa hatiku ngilu. Miris. Tak dapat aku katakan lagi. Tuhan apa nyawa ibuku sampai disini!

Aku terus berguma. Dalam hati aku terus berdoa agar ibuku cepat diangkat sakitnya. Dan kalau bisa aku rela penyakitnya digantikan olehku. Apalah aku sampai saat ini aku belum bisa membahagiakannya. Kerja belum dapat yang sebenarnya. Kuliah butuh biaya yang besar lagi. Di tambah separuh dien-Nya pun belum aku tunaikan. Itulah yang masih bergelayut di pundakku. Tanggung jawabku sebagai seorang lelaki—serta calon suami nantinya. Jadi sebelum aku mendapatkan itu semua biarlah aku saja yang menderita, Tuhan! Itulah hati kecilku berkata. Karena aku tak ingin ditinggalkan oleh ibuku!

www.eramuslim.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Thoriq bin Ziyad

Sejarah mencatat bahwa penyebaran Islam sejak zaman Rasulullah hingga pasca Khulafa ur Rasyidin berkembang pesat. Pada masa Dinasti Umayah, Islam sudah menguasai sebagian besar wilayah Andalusia (sekarang Spanyol). Thoriq bin Ziyad adalah seorang mujahid yang dikenal pada peristiwa penaklukan itu. Hingga kini namanya diabadikan sebagai nama sebuah bukit karang di wilayah tersebut "Jabbal Thoriq" atau dikenal sebagai Jibraltar. Kalau sempat kita lihat peta dunia maka nama itupun juga digunakan sebagai nama selat diantara benua Afrika dan Eropa.

Nama lengkapnya Thoriq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghosin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau As-Shodafi. Ia berasal dari garis keturunan Ash-Shodaf yang secara turun-temurun bermukim di Al-Atlas, sebuah desa yang subur dan terletak di antara perbukitan. Suku Ash Shodaf terkenal ulet, pemberani, kuat dan tangguh. Sebelum penaklukan oleh pasukan Islam, keadaan Spanyol sungguh memprihatinkan. Sejak tahun 597 M, saat negeri itu dikuasai bangsa Gotic dari Jerman dengan penguasanya yang terakhir Raja Roderick, negeri ini bertambah kacau. Di bawah kekuasaan raja yang dzalim itu masyarakat terbagi dalam beberapa kelas.

Kelas pertama terdiri dari para keluarga raja, bangsawan, orang kaya, tuan tanah dan penguasa wilayah. Mereka hidup bergelimang kemewahan, berfoya-foya dan mengumbar nafsu kebinatangan.
Kelas ke dua terdiri dari para pendeta. Merekalah sebenarnya yang bertanggung jawab atas kehancuran negeri. Mereka menjilat para penguasa dan menginjak-injak rakyat.
Kelas ke tiga terdiri dari para pegawai negeri, yaitu pengawal, penjaga istana dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan seringkali dijadikan alat para penguasa untuk memeras rakyat.
Kelas ke empat terdiri dari buruh tani, serdadu berpangkat rendah, pelayan dan budak. Kelas paling rendah inilah yang paling menderita hidupnya.

Rakyat sangat menderita terutama kelas bawah. Mereka selalu menjadi korban dari kebijakan Raja Roderick. Akibatnya sebagian besar dari mereka mengungsi ke negara terdekat yaitu Afrika Utara, negeri yang penduduknya bisa menikmati keadilan, kesamaan hak, keamanan dan kemakmuran di bawah penguasa yang adil, arif dan bijaksana yaitu Musa bin Nusair.

Sebagian besar orang yang mengungsi ke Afrika Utara tersebut adalah para pemeluk agama Yahudi dan Nasrani. Di antara mereka terdapat Julian, Gubernur Ceuta yang putri kesayangannya, Florinda telah dinodai oleh Raja Roderick. Selamanya Gubernur Julian tidak dapat memaafkan kebiadaban Raja Gotic tersebut.

Di Afrika Utara (Sekarang sedikitnya ada lima negeri di pantai utara benua Afrika: Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya dan Mesir, di sini tidak ada keterangan, mungkin yang tahu bisa membantu), mereka mendapatkan perlindungan dan jaminan keadilan dan kesejahteraan dari orang-orang Islam. Mereka diperlakukan dengan sangat baik yang mereka tidak mendapatkannya di negeri mereka sendiri.

Sebelum kedatangan Gubernur Julian dan rombongannya, sebenarnya Musa bin Nusair sudah mendengar kabar bahwa Spanyol dalam keadaan yang sangat rapuh. Setelah mendapat persetujuan Khalifah Al Walid bin Abdul Malik, Musa bin Nusair segera mengirimkan satu pasukan perintis ke Spanyol dengan komandan Abu Zar'ah Thorif yang terkenal cerdik, pemberani dan tangguh serta berpengalaman dengan wilayah Spanyol.

Pada hari Kamis, 4 Ramadhan 91 H atau 2 April 710 M, Abu Zar'ah Thorif berangkat meninggalkan Afrika dengan membawa 400 pasukan pejalan kaki ditambah 100 orang pasukan berkuda. Mereka menyeberangi selat antara Afrika dan Eropa dengan menggunakan delapan kapal yang telah dipersiapkan, empat diantaranya adalah bantuan dari Gubernur Julian yang ingin menghancurkan Raja Roderick. Tiga pekan berikutnya, tepatnya hari Sabtu tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 M, rombongan pasukan Islam melakukan pendaratan di sebuah pulau kecil tak jauh dari kota Tarife yang akan menjadi sasaran serangan pertama. Pendaratan sengaja dilakukan pada malam hari agar tidak diketahui musuh.

Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, petang harinya Abu Zar'ah Thorif memerintahkan pasukannya melakukan serangan gencar ke berbagai wilayah, terutama di pusat kota. Pasukan Islam tidak banyak mendapatkan perlawanan karena keadaan Spanyol lemah. Dengan mudah mereka dapat menguasai beberapa kota di sepanjang pantai, meski jumlah pasukan Islam tidak sebanding pasukan musuh. Jauh lebih sedikit. Pasukan Islam dengan komandan Abu Zar'ah Thorif pulang ke Afrika dengan membawa kemenangan telak. Hanya beberapa orang yang syahid di medan perang. Selain ratusan orang tawanan, mereka juga berhasil membawa unta rampasan plus ghanimah yang cukup banyak.

Kemenangan gemilang ini membangkitkan semangat Gubernur Musa bin Nusair untuk menakhlukkan seluruh Spanyol. Hal ini sangat penting mengingat wilayah itu merupakan pintu gerbang daratan Eropa. Oleh karena itu, ia memerintahkan Thoriq bin Ziyad untuk melakukan penyerangan ke dua.

Thoriq dikenal jujur, cerdik dan berkemauan kuat, gagah berani menghadapi setiap tantangan, berpengaruh besar bagi para pengikutnya, ikhlas dalam berjuang dan semangatnya selalu membara.

Pada hari Senin, 3 Mei 711 M, Thoriq bersama 7.000 anggota pasukannya menyeberangi selat antara Afrika dan Eropa dengan armada kapal. Setelah mendarat di wilayah Spanyol, Thoriq mengumpulkan seluruh anggota pasukannya di atas sebuah bukit karang yang hingga kini bukit itu dikenal dengan nama "Jibraltar". Di bukit karang inilah Thoriq bin Ziyad memerintahkan pasukannya untuk membakar seluruh armada kapal yang baru saja mereka gunakan menyeberangi selat Afrika-Eropa tadi.

Seorang anggota pasukan yang tidak mengerti maksud panglimanya kemudian bertanya: "Apa maksud Anda?", anggota pasukan yang lain pun bertanya, "Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?" Dengan tegas sambil menghunus pedang ia menjawab, "Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan, yaitu menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa."

Kemudian Sang Panglima yang gagah berani inipun memberi pengarahan kepada seluruh anggota pasukan yang dipimpinnya. "Wahai seluruh pasukan, ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian adalah laut, dan di depan kalian adalah musuh. Demi Allah, satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Musuh dengan jumlah besar dan persenjataan lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian adalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Musuh kalian sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kita harus bertekad bulat untuk menyerang mereka hingga syahid. Sungguh sama sekali saya tidak bermaksud menakuti kalian. Mari kita galang saling percaya di antara kita, keberanian kita, bahu membahu dan saling membantu, membulatkan tekad untuk menjadi pembela agama Allah, menegakkan kalimat-Nya. Percayalah, sesungguhnya Allah SWT adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan menghadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Saya akan membunuhnya. Atau siapapun boleh melakukannya jika lebih dulu bertemu dengannya di medan pertempuran. Dengan membunuhnya maka negeri ini akan dengan mudah kita kuasai".

Pidato pengarahan Thoriq ini membakar semangat pasukan Islam untuk segera bertempur. Mendengar pasukan Islam mendarat di wilayahnya Raja Roderick segera mempersiapkan angkatan perang besar yang terdiri lebih dari 100.000 tentara dengan membawa persenjataan lengkap. Jumlah pasukan yang lebih besar ini tidak menggoyahkan semangat pasukan Islam. Apalagi Gubernur Musa mengirimkan pasukan tambahan sebanyak 5.000 orang dipimpin oleh Thorif bin Muluk. Jadi jumlah pasukan Islam seluruhnya adalah 12.000 orang. Thoriq dan pasukannya terus bergerak ke arah kota Cordova. Mereka menyusuri pantai hingga tiba di kota Torife yang telah ditakhlukkan sebelumnya oleh pasukan perintis yang dipimpin oleh Abu Zar'ah.

Kedua pasukan bergerak ke arah berlawanan untuk saling berhadapan. Pasukan Islam dipimpin oleh Thoriq bin Ziyad yang bergerak laksana ombak samudera. Baju-baju besi yang mereka kenakan, sorban-sorban putih yang menutup kepala mereka, kilatan pedang yang mereka genggam, tampak mendominasi suasana penuh semangat yang senantiasa dikobarkan oleh Thoriq bin Ziyad, Sang Panglima.

Sementara di pihak musuh, Raja Roderick memimpin pasukan dengan diapit para pengawal yang bersenjata lengkap dan terkesan mewah.

Pada hari Ahad, 28 Ramadhan atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di dekat muara Sungai Barbate. Jumlah yang tidak seimbang membuat pasukan Islam terdesak di awal pertempuran. Hal ini menggugah Gubernur Julian dan anak buahnya menyusup ke pasukan Roderick dan menyebarkan opini ke tengah-tengah mereka bahwa pasukan Islam hanya mengincar Roderick dan tidak untuk menjajah negeri mereka. Upaya Julian dan anak buahnya berhasil. Banyak pasukan Roderick yang melarikan diri dari medan perang. Akibatnya mereka kacau balau dan kesempatan ini dimanfaatkan Thoriq bin Ziyad untuk mencari dan membunuh Roderick. Selanjutnya seluruh markas pertahanan dapat dikuasai dengan mudah. Kemenangan pasukan Islam ini melumpuhkan semangat pasukan Spanyol.

Berita keberhasilan itu sangat menggembirakan Gubernur Musa bin Nusair. Ia kemudian membantu Thoriq untuk segera menaklukkan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya.

Setahun kemudian, tepatnya hari Rabu, 16 Ramadhan 93 H, ia bertolak ke Spanyol dengan membawa 10.000 pasukan. Mereka berhasil menduduki Merida, Sionia dan Sevilla yang belum ditakhlukkan oleh pasukan Thoriq. Sementara itu Thoriq dengan jumlah pasukan yang tersisa terus melakukan penaklukan ke beberapa wilayah yang tersisa. Ia membagi pasukannya ke dalam empat kelompok dan menugaskan para pembantunya ke Cordova, Granada dan Malaga. Sedangkan ia sendiri bersama pasukan utamanya segera menuju toledo, ibukota Spanyol waktu itu. Semua kota itu dapat dikuasai tanpa perlawanan. Spanyol dapat dilumpuhkan karena kecepatan gerak pasukan Islam.

Musa bin Nusair dan Thoriq bin Ziyad akhirnya bertemu di Toledo. Keduanya kemudian bergabung dan menghadapi musuh di Ecija. Kemenangan pun diraih pasukan Islam meski tak sedikit yang gugur sebagai syuhada. Selanjutnya pasukan gabungan ini bergerak ke wilayah Pyrenie, Perancis.

Beberapa tahun kemudian, Portugis pun ditakhlukkan dan namanya diganti menjadi "Al Gharb" berarti Barat. Sebelum seluruh Eropa dapat ditaklukkan, yang sebenarnya mudah karena tidak ada kekuatan berarti yang melawan mereka, Khalifah Al Walid bin Abdul Malik memanggil Thoriq dan Musa ke Damaskus (Ibukota Syiria/Suriah, negeri di sebelah utara Irak). Thoriq pergi sendiri ke Damaskus, sementara Musa bin Nusair sibuk menyusun pemerintahan baru di Spanyol.

Beberapa waktu setelah itu Thoriq sakit-sakitan dan kemudian Allah SWT memanggilnya. Tidak banyak yang mengetahui akhir kehidupan beliau. [Sumber: Majalah HIKAYAH Edisi 06, Shafar 1424/ April 2003]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Shalahuddin Yussuf Al-Ayyubi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diselenggarakan oleh Muzaffar ibn Baktati, raja Mesir yang terkenal arif dan bijaksana. Sedangkan pencetus ide peringatan adalah panglima perangnya, Shalahuddin Yussuf Al-Ayubi (abad ke-6 M), sosok pemimpin pasukan Islam yang pernah mengalahkan pasukan Kristen dalam Perang Salib.

Shalahuddin juga merupakan panglima Islam di masa Khalifah Muiz Liddinillah dari dinasti Bani Fathimiyah di Mesir (berkuasa 365 H/975 M). Seperti disebutkan dalam Ensiklopedia Islam untuk Pelajar, ia kemudian juga gigih menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi dari tahun ke tahun di masanya.

Mengapa Shalahuddin merasa perlu mengadakan peringatan Maulid? Sang panglima berpendapat, ketika Perang Salib terjadi, motivasi umat Islam sangat menurun, sementara motivasi pasukan Salib (Kristen) meningkat. Hal ini tentu tidak kondusif bagi pasukan Islam, sehingga Shalahuddin merasa perlu membangkitkan kembali semangat umat Islam sebagaimana umat Kristen dengan perayaan Natal-nya. Maka, sang panglima ini kemudian mengadakan peringatan hari lahir Muhammad SAW yang kemudian dikenal dengan sebutan Maulid Nabi.

Bila dalam peringatan Natal kaum Kristen dikisahkan tentang keagungan Yesus, maka dalam peringatan Maulid, Shalahuddin menggemakan kisah perang yang dilakukan Nabi SAW. Tapi belakangan, yang dibacakan pada acara peringatan Maulid tersebut berubah, bukan lagi kisah perang, melainkan kisah lahir dan hidup sang Nabi SAW. Kisah perang tampaknya dianggap tak lagi relevan lagi.

Kini, meskipun tak ada lagi perang fisik di kalangan umat Islam, peringatan Maulid Nabi tampaknya masih perlu dilakukan. Selain dimaksudkan untuk meneladani akhlak Muhammad SAW, peringatan Maulid juga diperuntukkan untuk perang yang lebih besar, yakni perang melawan hawa nafsu, kemungkaran, dan kemaksiatan. Krisis berkepanjangan bangsa Indonesia saat ini, antara lain disebabkan merajalelanya kemaksiatan, kemungkaran dan tidak adanya penegakan nilai-nilai moral. Hawa nafsu lebih mendominasi kehidupan umat manusia saat ini ketimbang moral.

Perang dalam bentuk non-fisik inilah yang dinilai lebih berat dari perang fisik. Apalagi di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang tak jarang memperlemah semangat keimanan umat Islam, maka peringatan Maulid Nabi SAW menjadi sangat penting. [republika.co.id]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Khalifah Umar bin Khatab

Kepribadian Umar bin Khatab sebagai manusia pilihan

Kebesaran nama Umar bin Khatab mulai muncul saat pertama kali Rasulullah Saw
memohon kepada ALlah Swt agar memberi kejayaan Islam dengan masuknya salah
seorang dari dua Umar kedalam agama yang Beliau bawa itu.
Dan ternyata Umar bin Khatablah yang dipilih ALlah Swt untuk mendampingi
perjuangan Rasul-Nya hingga masa-masa sepeninggal Beliau.


Umar Bin Khatab adalah salah satu contoh sahabat Nabi yang berkepribadian
agung yang kekuatannya mampu melahirkan berbagai kebaikan.
Ia mempunyai ketinggian akhlak dan diakui oleh kawan maupun lawan-lawannya.


Keadilan sikapnya sebagai seorang Khalifah besar tidak pernah melampaui
batas, ia dikenal sangat berhati-hati didalam mengambil setiap keputusan.
Beliau tidak ingin tindakannya dilakukan karena sikap keragu-raguan (Syubuhat).
Prinsip praduga tidak bersalah (Presumption of Innosenceed) selalu ia
terapkan untuk melakukan suatu tindakan hukum.


Kemarahannya akan timbul apabila ia melihat seorang gubernur terlalu
bertindak keras sehingga melampaui batas terhadap orang-orang yang melakukan
kesalahan.
Dimasa kepemimpinannya telah tercatat lebih dari beberapa kali Umar menegur
pejabat-pejabat tinggi kekhalifaan karena sikap yang dianggapnya terlalu
berlebihan kepada orang yang bersalah.
Salah satu diantaranya terhadap Hakim Muti' Bin Aswad Al-Abadi, dan Aba Musa
Al-Asy'ari.


"Apabila engkau bertindak semacam itu lagi, aku akan hitamkan wajahmu.
Setelah itu aku akan mengarakmu mengelilingi kerumunan masyarakat."


Kebijaksanaan Umar dalam menegakkan hukum dan keadilan merupakan
kebijaksanaan yang pasti dan mantap. Ia selalu menghormati hak-hak asasi
manusia dan memutuskan setiap perkara secara adil.


Untuk mewujudkan tekadnya dibidang penegakan hukum dan keadilan ini, Umar
membentuk lembaga peradilan yang terdiri dari para hakim (kadhi) yang
memiliki kualifikasi terbaik untuk menduduki jabatannya.
Kepada mereka selalu ditegaskan untuk menerapkan hukum berdasarkan sumber
hukum yang paling utama, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah Saw.


Dalam salah satu surat wasiat, Umar menuliskan pesan kepara hakim yang telah
diangkatnya :
"Apabila anda menghadapi suatu masalah, maka pakailah kitabullah sebagai
dasar untuk mengambil keputusan, dan jangan terpengaruh kepada siapapun.
Jika tidak engkau temui didalamnya, lihatlah dasar hukumnya dari sunnah Nabi
Saw.
Apabila tidak terdapat dasar hukumnya dalam kedua sumber itu, pergunakanlah
kesepakatan yang telah dilakukan oleh orang-orang (cerdik pandai/ulama).
Kalau semua itu telah anda lakukan dan belum juga menemui landasan hukumnya,
maka engkau boleh berijtihad. Untuk mengambil keputusan dengan ijtihadmu
itu, engkau harus memilih salah satu diantara dua pilihan.
Jika engkau merasa mantap dengan keputusanmu, maka laksanakanlah tanpa
ragu-ragu. namun bila engkau merasa ragu-ragu, maka tinggalkanlah.
Aku kira, mundur adalah lebih baik dari pada ragu-ragu."


Pada bagian lain, Umar juga berpesan kepada para hakim dengan ungkapan
kalimat sebagai berikut :
"Cerahkanlah wajahmu dalam setiap persidangan, agar orang-orang yang
terhormat tidak mendekat untuk mempengaruhi keputusanmu. Demikian juga agar
orang-orang yang lemah tidak putus asa terhadap keadilan yang akan engkau
putuskan.
Tunjukkanlah bukti-bukti kepada orang yang menuduh serta bersumpah bagi yang
mengingkarinya. Diantara sesama Muslimin boleh melakukan akad (perjanjian),
kecuali akad dalam hal yang halal.
Tidak ada salahnya engkau membatalkan dan memutus ulang terhadap setiap
perkara yang sudah ditetapkan sebelumnya, jika engkau menyadari bahwa
keputusanmu terdahulu adalah keliru. Karena kembali kepada kebenaran adalah
lebih baik daripada larut dalam kebatilan dan kesalahan."


Kepada khalifah penggantinya, Umar bin Khatab juga berpesan :
"Pertahankanlah lima ciri khas yang akan menyelamatkan agama kamu, sedangkan
kamu sendiri akan mengambil manfaat dari hal itu lebih baik dari pada nasib
kamu, yaitu : Apabila datang kepadamu dua orang yang sedang bersengketa,
maka kamu harus meminta bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya serta sumpah yang mantap. Dekatilah orang-orang yang lemah
supaya mereka lebih berani memberikan keterangan, karena hatinya mantap dan
lidahnya lancar. Layanilah orang asing dengan baik, karena kalau kamu tidak
melayaninya, maka dia akan meninggalkan haknya dan kembali kepada
keluarganya. Dia meninggalkan haknya karena tidak ada yang memberikan kasih
sayang kepadanya. Lunakkanlah pandangan dan luangkan waktumu untuk orang
lain. Serta semaikanlah perdamaian diantara orang-orang yang sedang
menghadapi masalah yang tidak jelas."


Dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan dan kenegaraan, Umar bin Khatab
menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi tidak cukup dengan
pengamatan fisik (lahiriah) semata-mata. Namun diselesaikannya dengan
penelitian yang cermat, teliti dan seksama. Kebijaksanaan ini diberlakukan
keseluruh wilayah yang menjadi tanggung jawab kekhalifaannya.


"Aku mengenal kalian disaat wahyu turun, dan Nabi Muhammad Saw masih berada
ditengah-tengah kita. Sekarang wahyu itu sudah tidak mungkin turun lagi, dan
Nabi Saw pun sudah meninggalkan kita.
Kiranya engkau mengetahui kata-kata yang aku ucapkan ini. Barang siapa yang
menunjukkan kebaikan, maka aku akan menghargainya. Sebaliknya, barang siapa
yang berbuat kejahatan, aku akan membencinya."


Umar adalah seorang yang sangat mencintai Muhammad Saw dengan penuh
kekaguman dan keimanan. Melihat keagungan Muhammad, ia merasa sangat kecil.
Sebagaimana yang kita ketahui, Nabi Muhammad Saw adalah teladan utama dalam
semua segi kehidupan bagi seluruh sahabat dan pengikut-pengikutnya, karena
keindahan kepribadian yang dimilikinya.
Rasulullah senantiasa bersikap sebagai saudara terhadap semua sahabatnya dan
menganggap mereka dalam satu derajat dan kebersamaan.


Pada suatu hari, Umar yang perkasa itu mendengar ucapan dari seorang manusia
pilihan yang sangat dicintainya, Muhammad Saw dengan kata-kata yang tidak
mungkin dilupakan dalam hidupnya :


"Wahai SAUDARAKU Umar."


Ucapan ini sangat berkesan bagi Umar, diucapkan Nabi Saw ketika dia meminta
izin untuk menunaikan ibadah Umroh. Setelah memberinya izin, Beliau berpesan
kepada Umar :


"Wahai saudaraku Umar, janganlah engkau lupakan kami dalam doamu yang baik."


Setiap kali ingat kata-kata "Wahai Saudaraku" ia selalu mengulang-ulangnya
untuk diucapkan.


"Tidak ada sesuatu yang aku senangi setiap matahari terbit melebihi dari
kalimat: "Wahai saudaraku..." dari Nabi Saw itu." katanya terkesan.


Umar bin Khatab bukanlah tipe manusia yang senang dengan penilaian pura-pura.
Apa yang ia sukai akan ia sampaikan secara langsung, tanpa perlu "menjilat"
ataupun "cari muka" terhadap orang lain.
Pada saat menerima jabatan sebagai Khalifah, Umar sempat berkata :


"Seandainya ada orang lain yang lebih kuat dari diriku untuk menerima
jabatan ini, aku lebih senang kepalaku dipenggal daripada harus menerima
jabatan ini."



Kehebatan Umar Bin Khatab
=========================


Meskipun disekeliling Rasulullah Saw banyak terdapat orang yang memiliki
kewibawaan, namun tidak ada seorangpun diantara mereka yang mampu
mengalahkan kewibawaan Umar.
Mendengar nama Umar, hati orang akan tergetar karena kewibawaan yang
tercermin dalam setiap langkahnya. Kewibawaannya itu telah membuat orang
lain harus berhati-hati jika berhadapan dengannya.


Bahkan Aisyah ra mengatakan :
"bagaimana aku tidak gentar kepada Umar, sedangkan Rasulullah Saw sendiri
mengakui kewibawaannya ?"


Suatu saat, seorang wanita jariah (budak) menyatakan maksudnya untuk
memenuhi nadzarnya dihadapan Rasulullah Saw.
Ia bernadzar akan mendendangkan lagu-lagu diiringi irama rebana yang
dipukulnya didepan Nabi Saw jika Beliau kembali dengan selamat dari peperangan.
Permohonan itu dikabulkan oleh Rasulullah Saw.
Ketika Abubakar datang ketempat tersebut, wanita itu masih tetap
melaksanakan nadzarnya, demikian juga ketika Usman dan Ali datang ia tetap
bernyanyi.
Namun tatkala dilihatnya Umar yang datang dari kejauhan, wanita tersebut
tiba-tiba menyembunyikan rebana yang dipakai untuk mengiringi menyanyi. Ia
tidak berani lagi menyanyikan lagu-lagu yang didendangkan.
Rasulullah Saw bergumam pelan :
"Syaitan takut kepadamu, wahai Umar."


Betapa hebatnya pribadi Umar bin Khatab, hingga banyak orang yang merasa
gentar jika berhadapan dengannya.
Kewibawan kepribadiannya berjalan serasi dengan kekuatan jiwanya. Kekuatan
fisiki dan bentuk badannya yang kekar telah menopang kehebatannya itu.
Tidak heran orang-orang yang melihat sosok tubuhnya menjadi gentar. Jika
bukan karena ketakwaan dan keadilan yang ditunjukkan oleh Umar, kegentaran
mereka rasanya tidak mungkin hilang.


Ketika ditanya oleh Bilal tentang kepribadian Umar, salah seorang
pembantunya menjawab :
"Umar adalah seorang manusia yang paling baik. tetapi jika ia marah,
kemarahannya seakan-akan tidak dapat dibendung lagi karena besarnya."


Kelebihan Amirul mukminin ini yang lain ditunjukkan dengan firasatnya yang
sangat tajam. ia meyakini anugerah Allah Swt dengan mengatakan :
"Seseorang yang dugaannya tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri, kedua
matanya tidak berarti sama sekali."


Allah Swt, telah memberikan Maunah dan Karomah-Nya kepada Umar bin Khatab.


Dalam berbagai riwayat diceritakan mengenai kelebihan2 yang ia miliki.
Beliau mampu menatap peristiwa yang akan terjadi sekaligus melihat tembus
segala sesuatu dengan mata batinnya (Claivoyance, Telepati & Vision).


Pada suatu malam, menjelang hari-hari kewafatan beliau, Umar bermimpi bahwa
ia telah dipatuk oleh seekor ayam jago dua kali.
Umar memberikan penafsiran :
"Allah telah mentakdirkan kepadaku untuk mati syahid dan dibunuh oleh orang
Ajami (orang diluar bangsa Arab)."


Suatu ketika, Umar sedang duduk bersama beberapa orang sahabatnya dan
melihat seorang dusun turun dari gunung.
Kepada sahabat-sahabatnya, Umar mengatakan :
"Orang ini sedang dilanda kesedihan karena kematian anaknya. Dia sudah
menyiapkan rangkaian syair yang menyenandungkan ungkapan duka citanya.
Seandainya berkenan, ia akan menyenandungkan syair tersebut kepada kita."
Setelah itu Umar bertanya kepada orang dusun tersebut.


"Dari manakah engkau berasal ?"
"Dari gunung," jawab orang tersebut.
"Apa yang enkau lakukan?" tanya Umar selanjutnya.
"Aku sedang menitipkan sesuatu," jawabnya pula.
"Apakah yang engkau titipkan itu ?" kembali umar bertanya.
"bayiku yang aku makamkan disana," jelasnya sedih.
"Maukah engkau menyenandungkan ratapan duka citamu itu?" tiba-tiba Umar
mengajukan permohonan yang tidak diduga sebelumnya oleh orang itu.
"Dari mana engkau mengetahuinya, wahai Amirul Mukminin ? Demi ALlah, aku
belum mengeluarkan sepatah katapun syairku itu, kecuali kepada diriku
sendiri." ujarnya keheranan.
Iapun memenuhi permohonan Umar untuk menyenandungkan syair kesedihan hati
atas kematian anaknya yang masih bayi.


"Segala puji hanya bagi-Mu ya Allah
Tiada sekutu bagi-Mu
Telah Kau tetapkan hukum sebagai takdir bagiku
Kematian adalah takdir bagi hamba-hamba-Mu
Tak ada seorang makhluk pun mampu menambah umurnya."


Air mata Umar menetes membasahi pipinya tatkala mendengar syair duka cita
itu disenandungkan. Perasaannya terhanyut mendengar kesedihan orang tua itu
ditinggal mati anaknya. Tak terasa jenggotnya sampai basah tertimpa tetesan
air matanya. Sesaat kemudian ia berkata :
"Sungguh benar kata-katamu, hai Badawi."


Peristiwa lainnya yang mengisahkan keistimewaan yang diberikan ALlah kepada
Umar terjadi tatkala ia sedang melakukan khutbah Sholat Jumat di Madinah.
Ditengah-tengah khutbahnya, tiba-tiba ia berteriak seperti sedang
mengingatkan/mengomandoi sesuatu/pasukan :
"Ya Sariyah bin Husun...awas gunung...gunung! Barang siapa yang memelihara
srigala, celakalah ia."
Semua jemaah Sholat Jumat yang mendengar ucapannya itu sama sekali tidak
mengerti maksud kata-kata Umar itu. Oleh karenanya seusai Sholat Jumat, Ali
bin Abu Thalib bertanya kepada sang Amirul Mukminin :


"Apakah maksud seruanmu tadi, wahai Umar ?"
"Apakah kamu mendengarnya ?" tanya Umar berbalik.
"Semua orang yang hadir disini telah mendengar seruanmu itu." Jawab Ali.
"Aku merasakan seolah-olah kaum musrykin telah menghancurkan pasukan kita
digunung itu. Apabila pasukan kita memasuki daerah tersebut, hancurlah kita
semua. Namun jika tetap bertahan digunung dan memerangi musuh dengan gigih,
kemenangan pasti akan kita raih. Melihat kenyataan seperti itu, tanpa sadar
aku mengucapkan seruanku yang sudah kamu dengar." Kata Umar menjelaskan.


Satu bulan kemudian, datanglah seorang utusan pasukan kaum Muslimin yang
mengabarkan kemenangan dimedan juang. Menurut ceritanya, saat itu pasukan
kaum Muslimin mendengar suara Amirul Mukminin Umar Bin Khatab sama seperti
yang diucapkannya ketika khutbah Jumat.
Dengan sangat taat, mereka mengikuti seruan Khalifah Umar yang terdengar itu
hingga akhirnya memperoleh kemenangan.


Kita tidak perlu berdebat terlalu jauh untuk mengingkari kisah semacam ini.
Karena cerita tersebut tidak bertentangan dengan akal manusia maupun hakikat
imu pengetahuan yang kita pelajari.
Para ahli ilmu jiwa pada saat ini bahkan banyak melakukan penelitian ilmiah
tentang kelebihan seseorang dalam hal telepati seperti yang dimiliki oleh
Khalifah Umar Bin Khatab itu.
(tentu saja tidak, terhadap cerita-cerita yang terasa berlebih-lebihan).


Kesimpulan yang kita peroleh dari kisah seperti ini adalah bahwa Umar bin
Khatab ra. memang benar-benar seseorang yang dianugerahi Allah Maunah dan
Karomah-Nya sehingga ia mampu berbuat hal-hal yang sedemikian itu.
Disamping disiplin ilmu politik dan strategi perangnya yang jitu, sehingga
mampu membawa nama Islam ketengah-tengah kancah percaturan politik dunia.
Dimana gebrakan-gebrakan yang telah Beliau lakukan itu akan terus
dikembangkan oleh pemimpin-pemimpin Islam selanjutnya demi menegakkan
Imperium Islam.


Rasulullah memberikan penilaian kepada sahabatnya ini sebagai berikut :
"Allah Swt telah melunakkan hati manusia sehingga melebihi halusnya sutera.
Sebaliknya, Allah juga telah mengeraskan hati manusia hingga melebihi
kerasnya batu cadas.
Wahai Abu Bakar, kehalusan budimu bagaikan sifat Nabi Ibrahim as yang pernah
mengatakan : "Barang siapa yang taat kepadaku, maka ia termasuk golonganku.
Dan barang siapa yang ingkar terhadap ajaran-ajaranku, sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Engkau juga seperti Nabi Isa as yang
pernah berkata : "Wahai Tuhanku, kalau Engkau siksa mereka, maka mereka
adalah hamba-hamba-Mu. Namun jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mulia. Ditanganm-Mulah terletak semua hukum."
Sedangkan engkau wahai Umar...adalah seperti Nabi Nuh as yang pernah berdoa
: "Wahai Tuhanku, janganlah Engkau sisakan manusia-manusia kafir seorangpun
diatas dunia ini." Sifatmu juga sama seperti Nabi Musa as yang pernah berdoa :
"Ya Allah, lenyapkanlah harta-harta mereka dan keraskan pula hati-hati
mereka. Karena mereka tidak mau beriman apabila tidak melihat siksaan yang
pedih dari-Mu."


Wallahu'alam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Khalifah Abu Bakar As-Siddiq

Teladan Sang Khalifah

Pemimpin dalam pandangan Islam, bukanlah lantas menjadi kelompok elit yang berhak menikmati segala kemewahan dan fasilitas duniawi.

Suatu pagi, khalifah Umar bin Abdul Aziz pergi seorang diri ke sebuah pasar. Dia ingin mengetahui langsung keadaan pasar tersebut dengan berjalan menyusuri lorong-lorong pasar, melihat-lihat situasi jual beli serta kondisi masyarakat di sana.

Dengan mengenakan pakaian sangat sederhana, maka sudah barang tentu tidak ada seorang pun mengenalinya. Bahkan ada orang yang menduga kalau dia adalah seorang kuli panggul biasa.

Orang tersebut lantas menyuruh khalifah untuk membawakan barang yang tak mampu dibawanya karena terlalu berat. Khalifah Umar pun bersedia membawakan barang milik orang itu.

Setelah selesai membawakan barang tadi sampai ke tujuan, orang tersebut ingin memberikan imbalan kepada 'kuli panggul' ini. Akan tetapi, khalifah menolak dengan santun sambil berkata, "Saya hanya bermaksud menolong mengangkat barang ini, bukan untuk mendapatkan upah." Sesaat kemudian, ia minta diri.

Namun, belum jauh melangkah, seseorang memanggilnya dengan panggilan yang mulia. Mendengar itu, si pemilik barang tadi kaget. Dia baru menyadari bahwa orang yang telah disuruhnya membawa barangnya itu bukanlah orang sembarangan.

Kisah di atas adalah contoh bagaimana seharusnya seorang pemimpin yang mengemban tanggungjawab atau amanah dari rakyat, harus menjalankan kepercayaan tersebut dengan sebenar-benarnya. Tak hanya menerima laporan para stafnya, ia juga rajin nguping langsung dari rakyat dan menonton praktik langsung kebijakannya di lapangan. Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu." (HR Bukhari dan Muslim)

Pemimpin dalam pandangan Islam, tidaklah lantas menjadi kelompok elit yang selanjutnya berhak menikmati segala kemewahan dan fasilitas duniawi. Seorang pemimpin, sejatinya, justru harus bersedia berkorban serta menunjukkan kepeduliannya. Terlebih pada saat rakyat yang dipimpinnya tengah dilanda krisis berkepanjangan.

Ketika tanah Arab sedang menghadapi krisis ekonomi, Khalifah Umar berinisiatif membagikan bahan pangan untuk mengurangi penderitaan rakyat. Pada sore harinya, beliau mendapat laporan dari para stafnya bahwa sembako itu sudah dibagikan secara merata.

Meski demikian, laporan lisan itu belum membuatnya lega. Hingga pada malam harinya, Khalifah Umar merasa harus mengecek sendiri keadaan rakyatnya dengan menyusuri lorong-lorong kampung. Nyatanya beliau masih mendapati seorang ibu yang terpaksa memasak batu sekedar memberi harapan pada anaknya yang terus menangis karena lapar. Ia memegang sabda Rasulullah SAW, "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka." (HR Abu Naim).

Visi dan misi memberikan pelayanan terbaik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat haruslah menjadi perhatian dan prioritas utama para pemimpin. Islam sangat menentang setiap upaya yang dilakukan untuk menzalimi rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat demi kepentingan sendiri atau golongan. Sabda Rasulullah: "Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya." (HR Thabrani).

Inti ajaran Islam menyangkut kepemimpinan terletak pada konsep imamah seperti yang biasa kita jalankan pada shalat berjamaah. Seorang pemimpin dalam imamah, adalah pemegang amanat, penyuara dan penegak kalimat Allah, menguasai masalah agama, tidak cacat hukum, berakhlak luhur, bersifat keteladanan tapi juga mampu mengatur urusan duniawi umat dan seluruh masyarakat.

Dalam hal ini, setiap elemen negara senantiasa menjunjung tinggi dan mendahulukan kehendak rakyat yang mendasari jalannya kekuasaan. Karenanya, hak pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pemimpin pemerintahan berada di tangan rakyat yang diwakili oleh para alim ulama, pemikir, dan cendekiawan Muslim yang menjadi tokoh masyarakat.

Pemilihan pemimpin pemerintahan dalam sejarah Islam pertama kali terjadi saat pemilihan Khalifah Abu Bakar As-Sidiq sebagai pengganti Rasul pada hari Saqifah. Proses pemilihan ini dilakukan setelah melewati perdebatan sengit karena ada upaya mengganjal tampilnya Sayyidina Ali. Pertemuan berakhir dengan hasil musyawarah yang diwarnai oleh jiwa besar Sayyidina Ali dan dukungan kepada Abu Bakar.

Sedangkan pemilihan khalifah kedua, Umar bin Khattab, pemilihannya dilakukan melalui proses kaderisasi setelah penunjukan oleh Khalifah Abu Bakar. Ini dilaksanakan atas persetujuan para sahabat setelah bermusyawarah untuk menunjuk orang terbaik, patut dan layak menjadi penggantinya bila tiba-tiba dia wafat.

Dari contoh pemilihan khalifah ini dapat diketahui bahwa Islam tidak menentukan prosedur khusus bagi pelaksanaan permusyawaratan, pemilihan dan pengangkatan khalifah. Tapi pembuatan prosedur ini sepenuhnya diserahkan pada wakil-wakil rakyat yang sensitif dan responsif terhadap keadaan yang selalu berkembang dan berubah-ubah sepanjang waktu dan zaman. Jadi, prosedur apapun dapat digunakan asalkan menjamin berlakunya musyawarah, menjunjung aspirasi rakyat dan dipenuhinya kriteria kepemimpinan.

Dalam tulisan berjudul Nuansa Demokrasi Islam, Syarifuddin Hasan menyatakan bahwa Islam menentukan beberapa syarat seseorang dapat diajukan untuk dipilih menjadi pemimpin. Pertama, ia adalah orang yang paling banyak menguasai ilmu (Islam), beriman dan bertakwa. Kedua, ia memiliki kecakapan untuk memimpin umat dan rakyat. Ketiga, ia bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Keempat, ia menjunjung prinsip musyawarah (demkoratis) dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan.

Tugas pemerintahan dalam Islam adalah tugas sosial sebagai bagian dari ibadah khusus kepada Allah. Oleh karena itu, pemerintah tidak memiliki keistimewaan atau hak khusus melebihi hak rakyat lain di mata hukum dan undang-undang. Tidak berlaku hukum yang menyatakan bahwa karena jabatannya maka dia tidak dapat disentuh oleh dan kebal tehadap hukum.

Setiap penguasa harus menyadari bahwa kekuasaan yang didapatnya bukanlah pemberian keluarganya atau hasil jerih payahnya sendiri. Oleh karena itu penguasa harus menunjukkan sikap penyayang dan pengayom, serta memberikan kepuasan kepada seluruh rakyat sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri.

Penguasa yang menutup pintu istananya terhadap fakir miskin dan tidak menjaga rakyatnya, maka ia tidak akan mencium wanginya surga. Semua hak yang sah bagi rakyat adalah juga amanat yang harus dapat dipenuhi oleh penguasa sehingga dengan demikian terbukti bahwa ia memerintah secara bertanggungjawab.

Di samping itu, kekuasaan yang melekat pada pemerintah bukan untuk digunakan bagi kepentingan pribadi dan/atau golongan. Akan tetapi kekuasaan itu digunakan untuk memperbaiki keadaan rakyat baik keadaan ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Innalillahi…

Innalillahi…
Ternyata masih banyak anak-anak jalanan yang ada di perempatan…

Innalillahi…
Ternyata masih banyak korban gempa yang kelaparan di pengungsian…


Innalillahi…
Ternyata masih banyak panti jompo yang masih butuh uluran tangan…

Innalillahi…
Ternyata masih banyak bocah-bocah Palestina yang kelaparan…

Innalillahi…
Ternyata jumlah mereka tak hanya ratusan tapi ribuan bahkan jutaan…

Innalillahi…
Ternyata…ternyata…dan ternyata…

Masih ada kan di bumi ini para dermawan ???

Kalau masih ada di mana para dermawan mudah mereka temukan ???

Semoga Surat Al Ma’uun masih mau mereka amalkan…
Aminn…

[Aku tak pandai merangkai kata, tapi aku tetap mencoba]


Jakarta, 10 April 2010 01.00 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Untuk Adikku

Adik…
Saat kakak melihat adik kecil berjilbab yang duduk di depan kakak
Kakak langsung teringat adik
Wajah anggunnya penuh cita-cita dan harapan
Kelelahan pun terbayang samar di senyum tulusnya

Adik…
Wajah adik kecil itu tampak lelah menanggung beban
Hidup yang ia jalani pasti teramat berat
Kakak tak kuasa melihat sorot matanya
Ketika ia tak sengaja menatap kakak
Kakak langsung teringat adik

Adik…
Skenario Sang Maha Rohim indah juga yach…
Walaupun adik sekarang ada di pembaringan
Kakak yakin cucuran ni’mat-Nya pasti masih ada buat adik
Sabar ya adik…

Adik…
Kakak pasti akan pulang menemui adik kok…
Kakak sadar telah lama berpisah dengan adik…
Tunggu kakak ya dik…
Kakak janji pasti akan membahagiakan adik…

Yaa Allah jangan Engkau tinggalkan penyakit pada diri adikku melainkan Engkau sembuhkan…

*teruntuk adikku yang sedang di pembaringan RSUD Sidoarjo

Jakarta, 22.55 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Bersafari Yukk…!!!

Bersafarilah…! Jika kalian merasa bersedih hati, suntuk, lalu stress bin frustasi atas semua beban hidup yang yang kalian alami. Rupanya bersafari itu indah dan ni’mat sekali, bahkan mengasyikkan atau bahkan terkadang bisa membuat kalian mengharu biru sampai-sampai air mata yang bening ini menangis menganak sungai membasahi pipi. Apalagi ketika kalian menyaksikan ayat-ayat kauniyah-Nya sangat mempesona di sepanjang perjalanan kalian. Mungkin itu indahnya ciptaan Ar Rahim yang ada di daratan maupun yang ada di lautan. Lalu tanpa sadar kerinduan kalian mencuat ketika menyaksikan “adik-adik” kecil yang masih lugu-lugu itu benar-benar masih membutuhkan kehadiranmu setiap saat. Harapan untuk selalu mendapatkan bimbinganmu selalu mereka rindukan setiap saat. Anak-anak kecil di pelosok pinggiran “Sungai Mahakam” itulah yang selalu menantikan kehadiran kalian. Mereka nampak lugu-lugu tapi mereka penuh dengan cita-cita serta harapan yang besar. Mungkin aku, begitu juga kalian yang selama ini cuek ! bahkan “cuek bebek” akan segera merubah sikap kita menjadi orang yang suka atau malah “nggak tega” ketika melihat anak-anak lugu di pinggiran “Sungai Mahakam” itu. Mereka lugu-lugu, kecil-kecil, berjilbab mungil-mungil lalu mereka belajar wudhu, belajar sholat, bernyanyi, mengaji bersamamu selama kurang lebih satu bulan. Tapi lantas ketika mereka telah dekat dengan kalian bahkan mereka mulai memanggilmu “kakak” atau “ustadz” dan telah terpaut antara hati kita dan hati mereka, bahwa aku dan juga kalian adalah saudara mereka, tiba-tiba kalian harus berpisah dengan mereka. Bayangkan bagaimana yang mereka rasakan ketika itu. Entah sengaja ataupun tidak butiran-butiran bening itu sedikit demi sedikit pasti akan menetes membasahi pipi-pipi mungil mereka.

Jika selama ini masih ada rasa, bahwa kita ini telah cukup berilmu lalu merasa “wah” dan hebat pada diri kalian termasuk aku. Yukk ! kita bersafari..!!. Betapa orang-orang di kampung kita atau bahkan orang-orang di daerah Malang, Gresik, Jombang, Pandaan, Sidoarjo, Jember, Lumajang, Bondowoso, Sapeken dan bahkan penghuni di segenap pojok bumi pertiwi dan sejengkal ranah dunia ini masih senantiasa menanti untaian-untaian kalimat yang keluar dari rongga pita suara aku dan juga kalian. Apalagi mereka sejak awal telah mengetaui kalau aku dan juga kalian adalah bagian dari The Student Of PERSIS Bangil, tapi ingat jangan sampai ada rasa “wah” yang muncul dari diri kita, karena itu yang akan membuat setan merasa menemukan celahnya.

Bersafari bukan hanya sekedar me”refresh” otak, tapi lebih dari itu. Yaitu sebagai pengenalan da’wah dan sedikit ilmu yang telah kita dapat. Supaya kita semua tersadar bahwa betapa luasnya bumi tempat kita berpijak ini. Sehingga, kita sadar bahwa hidup kita ini tidak hanya berputar sekitar asrama, perpustakaan, kelas, math’am, masjid, lapangan, plaza, alun-alun Bangil. Tidak ! kalau tetap itu semua yang kita lakukan itu terlalu sempit. Mengapa kita tidak belajar dari orang-orang terdahulu, mereka bahkan keliling dunia sampai bisa menemukan satu Benua. Rupanya, bersafari seperti ini tak harus berkelana menjelajah dunia. Tapi kita juga bisa membaca buku-buku sejarah, atau hanya sekedar menyapa mengapa sampai Hitler mati bunuh diri, atau mengapa Thomas Alva Edison bisa jadi orang terkenal dan di kenang jasa-jasanya. Itulah hasil dari pengembaraan. Tapi kita akan menemukan orang-orang unik di sepanjang pengembaraan kita yang terkadang bisa menjadi ibroh bagi kita semua.
Teman. Jika selama ini hidupku, sikapku, perkataanku selalu membuat kalian meradang marah atau bahkan aku selalu selalu membuat kalian menggerutu di belakangku, aku mohon bukakan pintu kalian buat aku. Aku sadar, aku hanyalah anak jalanan. Anak jalanan yang selalu ingin berada di Jalan Allah SWT. Do’akan aku selalu agar aku bisa “menyambangi” kampung-kampung kalian. Lalu mari kita eratkan ukhuwah kita untuk selalu menghadirkan kehendak-kehendak Sang Maha Rahman dan Rahim di segenap pojok bumi pertiwi ini. WALLAHU A’LAM BISH SHOWAB

Ya Allah jadikan umur terbaik hamba di penghujungnya, jadikan amal baik hamba di penutupnya, jadikan hari-hari hamba saat bertemu dengan Mu… Aminn

*Penulis adalah anak jalanan yang senantiasa ingin berada di jalan-Nya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Antara FITNAH & FITNES

Di zaman sekarang ini tak dapat dipungkiri lagi wajah dan tubuh wanita menjadi faktor penentu maju tidaknya masa depan suatu perusahaan-perusahaan. Ia menjadi penentu keberhasilan dan kesuksesan masa depan para pengusaha. Lihat saja misalnya di bank-bank, hotel-hotel, ‘night club’, mall-mall, bahkan warteg pinggir jalan pun tak mau kalah dengan menghadirkan wanita juga.

Lalu timbul pertanyaan besar, untuk apa wanita diciptakan ? sebagai pendamping laki-laki ? atau hanya sebagai ‘obyek’ penyegar suasana belaka ? atau malah hanya sebagai ‘pelunak keputusan’ para Boss ? . Tidakkah semua itu wanita berarti wanita dijual untuk memuaskan para laki-laki.

Akan dipandang sebelah mata rupanya kalau ada badan usaha, swasta ataupun negeri kalau tak menghadir kan ‘penampilan dan senyuman’ wanita. Jika dahulu mungkin para Businesman mempunyai prinsip “Time Is Money” –waktu adala uang-, maka sekarang pun muncul juga semboyan “Smile Is Money”- senyum adalah uang.

Akhirnya para wanita pun terbius hatinya. Mereka mau saja dijadikan sumber tenaga kerja yang murah atau dieksploitasi untuk menjual barang. Tak kalah hebatnya pula ternyata banyak juga wanita yang bangga menjadi wanita karir yang sukses. Karena tuntutan itu para wanita tentu ingin tampil ‘prima ‘ dan ‘mempesona’. Rupanya tak ada cara lain untuk mereka kecuali mereka harus memoles wajah dan tubuh mereka. Oleh karena itu lahirlah “Fitness Centre” dan sanggar senam.

Ketika para wanita Mu’minah mulai berontak terhadap peran dan skenario jahili yang diberikan oleh masyarakat industri, segera mereka dituduh kolot, kampungan, atau apalah yang mereka katakan kepada mereka. Padahal mereka justru ingin memelihara kesucian mereka baik jiwa maupun lahirnya tanpa mengikuti program olah tubuh via “Fitness Centre” ataupun sanggar senam.

Wanita sebenarnya tidak menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga, karir ataupun anak-anaknya. Yang mereka hadapi adalah krisis identitas. Krisis ini timbul dikarenakan wanita banyak menampilkan bentuk tubuh lahir –wajah dan tubuh- daripada batin. Akibatnya muncul lah fitnah pandangan. Para wanita tak lagi punya mata, mereka lantas berani bersolek sedemikian rupa dihadapan laki-laki.

Yang lebih ironis lagi, manusia yang senang menuruti hawa nafsunya, bahkan sampai meng-ilah-kan hawa nafsunya. Memandang baik perilakunya, meskipun bertentangan dengan hokum-ukum Allah SWT. Disinilah diperlukan keistiqomahan dan kestabilan dalam memahami Al Qur’an baik secara tekstual maupun konstektual. Kita semua pasti merindukan lahirnya wanita-wanita muslimah yang membela dan berjuang mempertahankan ‘izzah’ islam dan kaum muslimin di mata dunia. Akankah sanggar senam ataupun fitness centre akan bisa melahirkan wanita-wanita sekaliber Khadijah ataupun Fatimah Az Zahra ???. WALLAHU A’LAM

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments3

IKHWAN OH IKHWAN

Gayamu begitu mentereng wan..
Jenggot tipis berlambaian..
Kalau pergi jalan-jalan..
Sandal jepit kesayangan..
Selalu digunakan..
Tak terpikat dgn jins lubang biawakan..

Ikhwan oh ikh
wan
Wan..
Lagakmu keren wan..!
Tak mau pake acara pacaran..
Tapi kok dekat dengan para cewek wan ? Kenapa wan ? Alasan minta traktiran ?
Tiap hari komat-kamit, ngapain wan ?
Ngapalin lagu barat atau al qur'an ?
Oh..persiapan buat setor hafalan..

Ikhwan oh ikhwan..

Alangkah solehnya ente wan..

Tiap malam bangunin akhwat buat tahajudtan.. Kalau gak perantara SMS Ya telponan..
Tapi kok teman halaqoh gak dibangunin juga wan.. Ahh.. Tak fair ente wan..

Ikhwan oh ikhwan..

Jangan marah donk wan.. Puisi ini untuk mereka yang melemah kok wan.. Kalau ente tersinggung.. Berarti ente ngrasa wan.. Coretan nakal ini bukan sindiran..

Tapi cuman buat cerminan..

Hai manusia pilihan.. Jangan melemah kawan ! Moga tetep istiqomah ya kawan !

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Ah..Emak..


Entahlah...
Ini telah kali ke berapa aku tak berada kembali di sampingnya. Tak ada balasan pelukan yang hangat dan nyaman setelah punggung tangannya yang keriput kucium di hari ulang tahunnya. Tak ada pula sentuhan kasih dari pipi yang banyak digurat garis ketuaan. Saat ini pula tak terdengar lagi canda tawa seperti dulu lagi karena kini aku dan Emak telah jauh terpisah oleh bentangan jarak yang ada.

Alhamdulillah...
Sampai saat ini Allah masih memberikan karunia usia kepada Emak. Sehingga Emak masih bisa menjalankan fithrahnya layaknya seorang hamba. Aku yakin begitu juga yang terjadi pada ibunda di seluruh dunia. Bahkan mereka termasuk orang-orng yang serba kekurangan. Karena semua yang ada hanya untuk anak-anaknya tercinta.

Memang, keikhlasan ibunda bagaikan luasnya samudera. Mereka rela melepas setiap anak kandungnya walau harus jauh terpisah. Pun, begitu juga Emak. Tak masalah baginya, ketika di hari ulang tahun aku kembali tak berada di tengah keluarga. Apalagi ia tahu bahwa aku sedang menuntut ilmu di Kota Metropolitan, yang membuatnya senantiasa bangga. Tercapai sudah harapan agar setiap anak haruslah lebih pintar dari orang tuanya.

Namun...
Adakah seorang ibunda yang tak akan bahagia ketika anak tercintanya selalu berada di dekatnya ? Aku yakin yang Emak rasakan sekarang seperti itu pula. Apalagi ketika Emak sudah mulai di usianya yang udzur. Siapa lagi yang akan di andalkan kalau tidak anak-anaknya. Apalagi aku anak pertama Emak.

Rasanya perasaan itu juga aku rasakan ketika kita masih kecil tak berdaya. Tapi itulah Emak dengan rasa kasih sayang si dekapnyalah aku. Ikhlash ia berikan air susunya yang beraroma surga, tangan sigapnya pun tak lelah menyuapkan makanan ke mulutku, bahkan mata Emak mungkin enggan terpejam walau aku sudah terlelap dalam buaiannya.
Aaah...
Entah mengapa, semakin lama aku meninggalkan Emak bagaikan menumpuk rasa bersalah. Emak-lah yang dulu pernah bercucur air mata ketika aku pamit mencium tangannya. Emak pula yang selalu ku harapkan masih ada nanar surga terpancar jelas di matanya.


Ketika usia Emak semakin udzur, seketika itu pula pertanyaan yang sama selalu menyeruak membayang-bayangiku setiap saat,

"Ketika aku pulang nanti, masihkah Emak yang menyambutku di pintu rumah?"

Mak...
Ketika tangan ini menulis, sesungguhnya jiwa dan raga ini bagaikan ingin terbang mengangkasa. Lalu diri ini tersungkur di hadapanmu dan engkau peluk aku dengan cintamu seperti dahulu.Rasa rinduku kadang tumpah lewat buliran air mata ini.

Mak...
Saat aku pulang, kuingin pula engkau yang pertama kali merengkuh tubuh anakmu. Anak yang sering sibuk hingga melalaikan do'a terhatur untukmu. Anak yang tak pernah membahagiakanmu, Mak. Bahkan nasehatmu lewat telepon sering aku hiraukan Mak.

Mak...
Percayalah anakmu kelak akan pulang , Mak. Pasti aku akan pulang. Walau gelar, uang atau kemewahan tak mampu kupersembahkan kepadamu, biarkanlah di sisa usiamu anakmu ini masih bisa mencurahkan kasih sayangnya Mak...

Mak…
Saat aku pulang nanti, sambutlah aku di pintu rumah. Lalu baluri dengan do'a dan senandung pengantar tidur. Atau, maukah engkau yang mendengar kisah pengalamanku? Dan kemudian tidurlah di pangkuan anakmu, seperti yang sering engkau lakukan padaku ketika masa kecilku dulu.

Yaa Allah tolong jaga Emak ku Yach… Aminn

WALLAHU A’LAM

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments4

Selamat Jalan Teman

Sejak pertama aku menginjakkan kaki di sebuah tempat yang lumayan tua, yang terletak di jalan utama yang menghubungkan antara Surabaya- Bali, aku merasa tak pantas tinggal di tempat ini. Suasana yang mungkin baru kali ini aku temui. Kuberanikan ketika itu keliling lingkungan calon tempat yang akan kutinggali setelah ini, itung-itung untuk observasi. Ketika waktu makan siang tiba, rasanya aku tak percaya ketika kulihat segerombolan anak-anak lugu menuju suatu tempat yang mereka sebut “math’am”, aku juga tak percaya mereka ada yang makan di tutup panci untuk lima orang, makan sepiring berdua, setelah makan ngantri minum air kran. Dan ketika itu aku berpikir bisa gak ya aku nanti tinggal di tempat ini ? Tapi nampaknya setelah aku pikir-pikir seru juga untuk di coba suasana seperti yang baru tadi aku lihat.

Setelah hari H ku putuskan untuk berangkat ke tempat yang beberapa hari yang lalu telah ku observasi. Tak lupa aku pamit dan sungkem kepada kedua orang tuaku, adik-adikku, tetangga sebelah pun tak lupa aku pamiti. Akhirnya dengan modal bismillah dan nekat serta tas bututku aku berangkat menuju tempat tujuan. Di tengah perjalanan aku sempat berpikir mungkinkah aku kuat tinggal di tempat itu nanti ? mau mandi harus antri, mau makan harus antri, jauh dengan keluarga juga, jauh dengan teman-teman rumah juga. Ahh.. biarlah semua itu membayang- bayangiku di sepanjang perjalanan ini. Dengan modal bismillah dan mengharap ridhoNya yang telah aku ikrarkan sejak aku mulai berangkat dari rumah tadi aku yakin pasti bisa.

Setelah beberapa aku sampai di tempat itu, aku baru tahu kalau tempat itu namanya adalah Pesantren PERSIS Bangil. Tempat di mana banyak anak- anak menuntut ilmu agama juga tak sedikit orang- orang berilmu yang tinggal di Pesantren itu. Aku merasa bersyukur kepada Allah SWT karena aku masih bisa melanjutkan pendidikanku. Rasanya lagi- lagi aku tak percaya karena dulu aku sempat punya keinginan untuk berhenti sekolah dan tak lagi melanjutkan pendidikanku. Ketika itu aku ingin mencari pekerjaan saja, itung- itung membantu meringankan beban orang tuaku karena mengingat adik- adikku masih kecil dan mereka juga masih butuh pendidikan.

Hari- hari di Pesantren PERSIS Bangil ini aku jalani dengan suka cita. Mulai dari menuntut ilmu, sorogan, muhadhoroh, sholat jama’ah, mandi antri, makan antri, dan masih banyak lah aktifitas yang mungkin aku baru tahu ketika aku mulai tinggal di pesantren ini. Teriring dengan berjalananya waktu, tak terasa juga ilmu yang di ajarkan oleh asatidzku sedikit demi sedikit mulai bertambah, pengalaman pun tak sedikit juga yang ku dapat dari teman- teman senasib seperjuanganku di Pesantren PERSIS Bangil ini. Hebatnya lagi banyak pengalaman- pengalaman ataupun ilmu- ilmu yang ku dapat di Pesantren PERSIS Bangil ini belum pernah ku temukan di luar sana.

******

Ketika penaku mulai menari- nari di atas kertas ini, aku merasa sedih bercampur haru. Karena tak lama lagi aku dan teman- teman senasib seperjuanganku akan meninggalkan Pesantren PERSIS Bangil ini. Bukan karena aku dan teman- temanku di usir dari Pesantren PERSIS Bangil ini. Melainkan memang jatah tinggal kita di pesantren sudah habis. Aku berpikir bisa gak ya aku bisa menemukan orang- orang hebat seperti kalian teman- temanku ? Rasanya tak mungkin karena aku pikir hanya di Pesantren PERSIS Bangil inilah aku temukan orang- orang seperti kalian. Kalian yang telah banyak memberikan kepadaku pelajaran tentang arti persahabatan, arti kehidupan, dan tak jarang pula kalian telah memberikan aku inspirasi hebat. Entah itu kalian sengaja ataupun tidak.

Malam itu aku semakin sedih. Bahkan ku jadikan kertas dan penaku ini sebagai tempat muhasabah ku. Aku merenung sejenak ketika itu, apakah ilmu- ilmu dari para asatidz ku kelak bisa aku pertanggung jawabkan ? apakah kelak ilmu akhlak yang telah ku dapat bisa aku “bawa” setelah aku bergaul dengan masyarakat di rumah ? bisakah aku kelak menjadi pengganti asatidz ku mengajarkan ilmu ku kepada orang lain ? aku juga merasa banyak dosa kepada teman- temanku, apalagi terhadap para asatidzku mungkin tak bisa dihitung dengan jari berapa banyak dosaku kepada para asatidzku, mungkinkah Allah masih mau mengampuni santri seperti aku ini ???

Aku juga ingat pesan dan nasehat orang tuaku. Beliau berkata kepada ku “Nak, jalan para penuntut ilmu itu bagai jalan berlumpur. Engkau harus bisa lalui semua itu agar orang tuamu bangga punya anak sepertimu. Jangan sia- siakan waktumu nak…”. Ya Allah aku sangat berdosa sekali pada orang tuaku setelah nasehat itu terlintas di pikiranku. Rasanya tak jarang juga nasehat beliau hanya masuk di telinga kanan ku dan tanpa di komando nasehat beliau pun keluar dari telinga kiriku. Yaa Allah ampunilah dosa- dosa santri yang tak tahu malu seperti aku ini Ya Allah.

Spesial untuk teman-temanku:

Sejak pertama aku bertemu dengan kalian banyak sekali kenangan yang kita lalui. Suka maupun duka pun juga telah kita rasakan. Canda tawa diantara kalian sebentar lagi tak akan terlihat lagi. Masa – masa indah bersama kalian pun terlewati. Semuanya kini tinggal kenangan yang bersemayam di hati ku. Kecerianmu adalah kecerianku, kesedihanmu adalah kesedihanku, tawamu adalah tawaku, hatimu adalah hatiku, jiwamu adalah jiwaku. Teman- temanku… perpisahan adalah rekayasa hidup. Perpisahan bukanlah akhir dari selamanya. Namun sekarang kita telah berpisah. Teman- temanku… Perjuangan kita tidak hanya sampai sini, Perjuangan kita belum selesai… SELAMAT JALAN TEMAN- TEMAN KU…

*Penulis adalah mantan Ketum Sie. Perpustakaan & Publikasi Periode 2007/2008 ketika di P3P (Persatuan Pelajar Persis Putra) Bangil.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Alumni Where Are You Going...???

Detik-detik perpisahan dengan pesantren tercinta terasa sangat berat bagi sebagian besar santri yang memang mencintai ilmu&tholabul 'ilmi. Suasana pesantren dengan latar belakang jalan utama yang menghubungkan kota SBY-BALI, makan bersama dg "tutup panci", segernya "air kran", begadang malam, canda tawa dengan teman, lelahnya berorganisasi, semuanya kini tinggal kenangan yang pasti tak kan terlupakan. Kesenangan dan kesedihan itu telah menjadi pengiring para tholibul 'ilmi di PERSIS Bangil. Dan setelah berada di luar gerbang ma'had akan terlontar pertanyaan "kemana kah kaki kan melangkah ?"

Kuliah, ya itu jawabannya. Tapi manakah kampus yang dituju ? Pertanyaan baru muncul lagi. Setelah menemukan jawaban yang tepat dimana tempat yang cocok dengan minat dan potensi kita, maka timbul pertanyaan kedua, mampukah ortu membiayai kuliah kita ? Dari manakah biaya yang besar itu diperoleh untuk kuliah kita ? Bersyukurlah jika Allah mengkaruniakan kita ortu yang mampu, namun jika tidak berusahalah dengan mencari peluang beasiswa atau mengambil alternative lain.

Bekerja, barangkali itu jawaban alternative kedua. Tapi dmana kita harus bekerja? Dengan kemampuan yang kita miliki, modal finansial yang ada, jaringan yg luas, banyak pilihan yang bisa diambil, menjadi karyawankah, wirausahawan atau membuka peluang kerja baru. Dan bagi yang sudah bekerja, ia selangkah di depan dari yang masih kuliah, walaupun bekerja bukanlah tujuan utama bagi pencari ilmu.

Menikah, barangkali jawaban yang paling aman bagi alumni yang sudah punya "ba'ah" untuk menikah. Tantangan zaman berikut godaan-godaannya bisa menjadi cobaan terberat bagi seorang alumni, karena setelah sekian lamanya "dipenjara" di lingkungan suci sebuah lembaga pendidikan islam ia harus berinteraksi dan terlibat dalam pergaulan masyarakat yang kadang tak mengenal batasannya. Menikah bisa menjadi benteng sekaligus pendewasaan diri dengan berbagai permasalahannya.

Ada hal penting mungkin yang perlu dipahami seorang calon alumni PERSIS Bangil, ketika terjun dimasyarakat, akan banyak pertanyaan dan permintaan yang akan diajukan. Ketika itu pula akan ada evaluasi bagi seorang alumni pesantren tentang apa yang telah mereka pelajari semasa di pesantren dulu? Banyak kata-kata penyesalan pastinya ketika hal tersebut hilang terlupakan, enam atau empat tahun yang terlewatkan itu menjadi sia-sia, ketika kemampuan itu tak berbekas ditambah dengan akhlaq, ibadah dan tarbiyah seorang alumni PERSIS Bangil tidak terjaga. Sebaliknya ketika seorang alumni PERSIS Bangil menjadi seorang ilmuwan yang dibarengi dengan akhlaq, ibadah dan tarbiyah yang masih konsisten, ditambah dia seorang yang hafal Al Qur'an, menguasai Hukum hukum Islam, ia akan mengisi dan mewarnai berbagai komponen di masyarakat. Ia seorang da'i atau enterprenur sekaligus da'i. Itulah mungkin cita cita kesempurnaan seorang santri dari lembaga pendidikan islam yang berbasis dakwah, tarbiyah, dan hukum islam ini. WALLAHU A'LAM

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0